01 October 2009

Kelanjutan dari kisah Hidupku...

5. Teguh Urip Santoso (Tan Tjyu Yong / Om Yong)
Dulu aku kami akrab memanggilnya mas Iyong. Mungkin Karena usia mbak Ika dan Mas iYong hamper sama. Sehingga keluarga kami akrab memanggil beliau dengan Mas Iyong. Bahkan sejak Ayah dan Ibuku pindah dari indra giri ke kedurus, kami bertempat tinggal satu atap dengan Mbah siti di kedurus dengan beliau. Pada saat Ibuku meninggalkan kami di India, Om Iyong Mengusir kami dari rumah kedurus itu. Untungnya ayang punya rumah yang sedang di bangun di belakang rumah mbah siti Dawiyah (tapi masih masuk ggang) yang sampai sekarang masih kami tinggali. Meski rumah masih belum jadi sepenuhnya, bahkan listrik belum terpasang kami terpaksa menempatinya. Lah di usir sama Om Yong. Yang aku ingat Mas Aris sempat Sparing dengan Om Yong. Waktu itu tubuh ma saris sangar….dempal ber otot. Nggak kayak sekarang yang kurus kayak wayang.
Konon katanya om yong ini dulunya sering step / ayan, mangkanya tingkah lakunya sampai sekarang masih kayak anak-anak. Bahkan cenderung debil. Bahkan kata ibukku yang nota benenya sebagai kakanya , beliau sudah berkali-kali ganti nama. Karena dulunya sering sakit-sakitan. Bahkan yang uniknya om yongpernah meninggal dunia lalu hidup lagi.
Kisah Asmara Om yong juga unik. Sampai sekarang yang aku ketahui sudah nikah 3 kali. Dengan Istri pertamnya dia dikaruniai 3 anak. Tapi om yong mengakui hanya 2 anak saja. Anak yang ke tiga konon hasil selingkuhan istrinya dengan tukang becak. Sebenarnya aku agak malu menceritakan saudaraku yang satu ini. Tapi nggak apa-apa lah itung-itung ada yang nulis sejarah dari keluarga ini. HA ha ha ha… aku teruskan lagi . Karena sebab itulah om Yong menceraikan istrinya yang pertama. Oh ya anaknya yang aku ingat namanya yang nomor satu, Namanya Amin. Tahun 2009 ini mungkin dia sudah di bangku sekolah. Dia sekarang tinggal dengan neneknya (Ibu dari istrinya om Yong yang pertama) di Jombang.
Istri yang kedua dengan orang Madura yang sekarang mungkin masih di Menganti. Om Yong dikarunia 1 anak perempuan. Aku lupa anaknya. Isrinya Om Yong (Maaf) nggak ada yang can tik dan bener. Ya… siapa yang mau cewek bener dengan om Yong nggak bener. Ha ha ha ha… Istrinya yang kedua ini cacat (bukan bermaksud menghina loh) matanya hilang satu. Tapi wajahnya masih lebih mending dari pada istri yang pertamanya. Aku nggak tau nasib anak perempuan Om Yong yang pertama ini. Yang pasti ikut Ibuknya.
Istri yang ketiga juga orang Madura. Sampai sekarang masih tinggal dengan Om Yong. Tapi lucu juga hidupnya, kalo mendengar dari cerita Om Yong. Nggak enak ah kalo tak ceritakan sekalian.
Rumah Om Yong tempati sekarang adalah rumah hasil penjualan rumah warisan yang ditinggalkan orang tua mereka. Ceritanya lucu juga ini. Wasiat dari Orang tua mereka kepada ibukku. Suharwiwik. “Besok kalo kami semua tidak ada. Kalian boleh jual rumah ini, tapi Iyong buatkan rumah dahulu lalu kalian boleh bagi dengan adil dengan sudara kalian. Jangan sapai Iyong Luntang-lantung nggak punya rumahtapi ada beberapa saudara ibuku yang nggak setujutertama yang perempuan-perempuan, ingin mereka di bagi dengan rata. Rata dalam artian semua orang dapat bagian yang sama. Tapi Ibuk dan saudara yang laki-laki lainnya Ingin mendapatkan dengan cara yang Islami. Bahwa yang laki-laki mendapatkan 2X lebih banyak dari pada yang perempuan. Sampai sekarang pun Budhe Tin anak pertama mbah, nggak setuju dengan cara itu. Bahkan masih marah dengan Ibuku hingga sekarang. Saking marahnya kalo ke Surabaya nggak mau nginep di rumahku yang mana Ibukku adalh saudaranya yang ada di Surabaya. Bahkan nggak mau ketemu ha ha ha ha…… Budhe lebih memilih nginep di rumah BUk Ninik (anak dari adik mbah siti Dawiyah) yang masih sepupu dengan ibuk. Aku nggak tau lah gimana seterusnya. Urusan Ortu….ngak enak kalo ikut-ikut. Tapi aku masih suka nuturi Ibu (dengan rasa hormat dan tidak mengurangi rasa hormatku kepada Ibuku & yang lainnya) Kalo sebaiknya ibuk mau ngertiin Budhe dan jangan ikut-ikutan gondhok.--- Loh Kok Mbleyar sampe totok kene she…!?? --- Kembali ke Mas Iyong.
Hingga saat ini Mas Iyong masih tinggal di rumahnya yang baru di Kedurus IV Gg Blimbing.Sekarang beliau narik becak untuk menambahi penghasilan yang kurang selain dari Kos-kosan yang dia buatkan Ibuk di rumahnya sekarang. Di tambah mengasuh anak orang lain yang masih kecil,
Anak kecil yang di asuh Om Yong ini namanya Nisa. Anak keturunan Madura yang ayahnya berprofesi sebagai tambal ban dan Ibunya penjual bubur Madura keliling. Akrab sekali mas Iyong dengan anak ini. Kemana-mana diajak Om Iyong. Sampai-sampai nisa memanggil Om Yong dengan panggilan Bapak.
6. Om Tek (Sutikno / Tan Tjyu Tek)
Anak terakhir Mbah siti ini adalah anak yang paling keren wajahnya di banding dengan saudara laki-laki lainnya. Weh nggak bermaksud memujinya loh….Sekarang beliau tinggal di Jakarta pula. Sarjana pertanian ini sudah menikah dengan bak Laras gadis sunda. Anaknya kalo nggak salah ada 3. Laki-laki semua. Mokong-mokong……kabeh. Tapi pinterpinter. Beliau hidup biasa-biasa saja jadi nggak banyak yang aku ceritakan.
Lah semua latar belang dari keluarga ku sudah aku ceritakan. Sekarang aku ceritakan semuanya tetang diriku dari aku masih kecil hingga sekarang. Mungkin ada yang nggak bisa semua aku sampaikan dalam cerita hidupku ini. Ya…. Biasa malu aku jika khalayak lain tau yang jelek-jelek tentang diriku.
Pada paragraph pertama sudah aku ceritakan seklumit tentang diriku. Setelah aku lahir aku nggak pernah inget hingga aku masih ngedot pake botol yang di isi dengan air teh. Dahulu orang jawa susah untuk beli susu kali ya. Saat aku tidurpun aku juga inget satu bayang (Tempat tidur dari kayu tanpa kasur) dengan Ibuku dan Erwin adikku di Warung. Bahkan Mimpi pertama ku aku masih ingat, melihat ambulan naik bukit dengan suara khas ambulannya.
Kata Ibukku waktu aku kecil aku tergolong anak bandel (bahasa Surabayanya Mokong) Bemo yang jalan aku pegang. Waktu Itu aku tinggal di pinggir jalan raya mastrip 40. Warung ibuku juga ada di pinggir jalan. Jadi wajar kalo aku suka main di jalan raya. Bahkan aku masih ingat-ingat lupa aku pernah melempar orang Hitam yang lagi lari-lari di sore hari. Orangnya marah-marah dan aku lari lari sembunyi. He he he…. Waktu aku dirumah kedurus aku sangat jago juga kalo manjat Pohon. Di rumah pinggir jalan raya dahulu kami punya 3 pohon mangga, 1 Pohon jambu Air dan 1 Pohon jambu biji. Kami sudah terbiasa dengan pohonyang tinggi.
Bahkan aku juga masih ingat seorang ibu-ibu catik dengan anaknya satu bernama tante susi kontrak di rumah mbah siti yang paling belakang. Dan terakhir beliau pindah ke perumahan Gunung Sari Indah Blok WW. Begitu juga dengan tante Resi. Dan yang terakhir ketika pipi kananku tergores silet Mbak Feni yang lagi meruncingkan pensil warnanya. Ayah marah besar. Sampek-sampek mbak Feni di siram dengan air Teh. Dan Film Tele visi yang paling ku inget adalah film G30S PKI yang selalu di putar di TVRI setiap malam 30 September.
Mengenal uang saat aku belum sekolah. Di tempatku sudah biasa dengan pemberian uang dari saudara saat lebaran. Uang ku yang pertama aku terima adalah uang receh seratus rupiah bergambar rumah gadang (Rumah adat Minang di Sumatera Barat) pernah aku kumpulakn uang tiu di tempat bekas Film. Yang masih aku kenang karena uang yang jumblahnya tidak sampek 1000 rupiah itu hilang saat aku bangun dari tidur siangku. Yah ingat akusatu hari penuh aku ingin uang kebanggaanku itu kembali. Dan yang kedua aku juga pernah ambil uang warung ibuku sebesar seribu rupiah. Uang kucel itu bergambar Dr. Sutomo. Tidak aku jajankan uang itu. Aku ambil dan aku simpan di bawah ceret the ibu yang ada tidak jauh dari kotak uang ibu.
Pengalam masak aku yang pertama.
Dahulu ada pegelaran layar tancap di tanah lapang yang sekarang menjadi Kedurus IV Gg Blimbing dan gang sekitarnya. Uniknya mereka di seponsori oleh bumbu penyedap Masako. Mereka menjual produk tersebut kepada pengunjung yang ingin lihat layar tancap. Semua orang tidak terkecuali anak-anak beli produk itu. Harganya 100 rupiah saat itu. Aku pulang ke rumah minta uang ke Ibu untuk beli bumbu itu. Di layarnya di cerikan kalo semua maskan akan enak jika di beri masako. Ke esokan harinya Ibuk seperti biasa memasak sayur untuk di jual. Waktu itu beliau memasak sayur Asem. Dengn percaya diri sayur asem itu aku beri masako satu saset. Apa yang terjadi bukan malah enak…. Malah Asin banget kuah sayur itu. Ya… pastinya ibuk marah besar. He he he….
Pengalaman Sekolah pertamaku.
Aku Sekolah nggak pake TK. Jadi langsung ke SD. Saat aku di daftarkan sangat seneng hatiku karena dapat pujian dari saudarasaudara dan teman2 ibukku. Tapi apa yang terjadisaat pagi-pagi sekali aku di bangun kan ibuku untuk berangkat sekolah pertama. Aku rasa sekolah itu nggak enak karena harus dibangunkan pagi-pagisekali. Mandi pagimakin aku benci dengan sekolah. Kebanggaanku dengan pujiandari saudara-saudara ku itu ternyata tidak menyenangkan. Karena menggangu tidurku yang pules. Aku nggak pernah dibangunkan pagi-pagi sebelumnya. Sehingga aku merasa terganggu.
Aku sekolah dengan logistic lungsuran dari kakaku semua tidak ada yang baru kecuali buku tulis. Tas pundak merah kotak-kotak dengan gambar hellokity, waran yang sudah lusuh plus kummel kehitaman adalah tas pertmaku. Sepat murah berwaran hitamyang masih longgar, kaoskaki putih tebal agar sepuatu muat di pake.
Sesampainya di SDN Kedurus 1 (Gudep 428) bertemu aku dengan guru pertamaku bernama bu Arti ningsih. Diajarinya aku menulis dan membaca. Bernyanyi dan mewarnai. Dan aku mengenal angka dan huruf ketika aku kelas 2 SD. Tahunn 1989. Sejak itu juga aku sudah mengenal tanggal dan tahun. Bu Arti ningsih guru ku SD kelas 1 dan kelas 2. Terakhir aku ketemu beliau tahun 2007, beliau menjabat kepala sekoha SDN kedurus 2.
Sudah Bisa Belajar sepeda dan cewek taksiran pertamaku.
Aku bisa naik sepeda sejak kelas 2 SD. Aku Punya teman bernama Fitri. Aku lupa wajahnya kayak gimana. Yang pasti dia imut dan lucu. Hamper setiap hari kami selalu belajar bersama. Dan dia berangkat kerumah ku dengan naik sepeda kecilnya. Belajarku selalu aku percepat agar aku bisa pinjam sepedanya. Untuk aku belajar. Dan benar aku bisa !. Aku punya rasa dengan cewek bukan yang pertama dengan dia. Tapi dengan tante susi yang pernah kontrak di rumah embah. Meski aku masih bayi entah kenapa aku suka saja dengantante Susi. Tapi aku suka dengan cewek se usiaku adalah dengan fitri ini.
Rumahnya tepat di belakang Masjid Besar Kedurus Gg III Baiturrohman. Tapi dia pindah rumah saat di kenaikan kelas tiga. Katanya sih pindah di trosobo. Entah tropodo atau trosobo. Sampai sekarang pun aku masih ingin tau kabar beliau. Karena beliau cukup berjasa.
Sedih ditinggal Ibu….
Kelas 2 SD….bayangkan konon aku masih Imut…(he he he he..) Disuatu pagi Hari aku berangkat kesekolah seperti biasa, jalan kaki sendiri menuju sekolah dengan menenteng tas berwarnah merah kucel, lunsuran dari mbak Fina. Aku nggak tau apa yang terjadi suatu malam tadi dan akau juga nggak tau ada masalah dirumah antara Ibu dan Ayahku. Pulang dari sekolah, biasa aku lewat pintu depan warung ibu. Saat Itu aku kaget kok ibu tutup warungnya ada apa….? Aku cari Ibuku. Nggak ada dimana-mana. Saat Ituylah aku mulai nggak suka dengan Ibuku. Yah Mulai sejak saat aku menangis selama berhari-hari merindukan Ibuku.
Sejak Itu aku juga nggak peduli dengan diriku, dengan studyku, dengan saudaraku, dengan semuanya. Apalagi tidak lama setelah ibu pergi. Kami di usir dari rumah oleh Mas Iyong. Seperti yang telah aku ceritakan diatas. Karena kau sudah tidak peduli dengan studyku, semua nilaiku jeblok, keluargaku tidak peduli akan turunya prestasiku. Sebenarnya hanya kasih saying Ibu saja yang dapat membantuku. Bahkan terjadi sesuatu yang terburuk dalam studiku saat aku duduk di kelas 3 SD. Itu Ibuku yang bertanggung jawab.
Guru Kelas 3 ku adalah Bu Luluk. Perempuan hitam ini sangat jahat bagi pearasaan anak kecil seperti aku. Aku masih ingat, ketika aku di pukul dengan penjalin (rotan) kecil ke paha kananku hingga memar berwarna hitam ke biruan. Dan sepertinya aku tahu dia juga ketakutan setelahnya karena aku menangis karena terkena pukulan keras itu. Bener loh susah hidup tanpa Ibu, nggak ada yang merawat. Bahkan sampai sekarang pun aku nggak bisa mengampuni perbuatan ibuku saat itu.

Guru ku sd dikelas 4 adalah bu Neni. Aku masih ingat dengan guru kecil dan cantik yang satu ini. Aku suka tingkah laku beliau yang genit dan menggemaskan bagi semua guru laki-laki. Saat itu beliau masih bujang. Sepertinya beliau adalah anak seorang tentara. Aku tau itu karena rumahnya dekat dengan rumah saudaraku Om Tosin yang ada di Golf. Yang mana itu adalah rumah dinar Angkatan laut. Aku pernah berkali-kali ke rumah beliau. Yaasekedar mampir. Bahkan hatiku yang masih anak-anakpun juga sempet naksir sama beliau. He he he….
Aku Merasa sudah Dewasa
Guru kelas 5 ku adalah pak Jatmiko. Pria yang agak gemuk ini. Sangat sabar dalam mengajar. Atau kami yang juga merasa agak besar dan merasa dewasa. Karena mengajarnya biasa-biasa saja ya……ngak banyak yang aku bisa ceritakan.
Perkelahian Sparing satu lawan satu dengan Adhi.
Di kelas 5 ini yang sangat terkenang adalah perkelahian satu lawan satu dengan adhi. Kalo nggak salah dia di kelas 5-b, sedangkan aku duduk di kelas 5-a. uniknya aku di seperti di adu dengan teman-temanku yang lainnya. Kami bertarung di suatu rumah kosong tepat di sebelah kelurahan yang lokasinya tidak jauh dengan sekolahan kami. Sebenarnya aku menang telak dengan perkelahian itu aku terkena pukulan telak sekali tepat di leherku. Yang mengakibatkan aku susah makan dan minum selama 3 hari, disebabkan radang yang sakit jika di buat menelan makanan dan minuman. Tapi dia terkena pukulan yang tidak sedikit dari aku. Lucunya lagi ketika aku tending perutnya dia mundur dan berkataCurang dia pake nendang……!!” dan teman-teman yang menonton berjumlah belasan hingga dua puluhan dan semuanya laki-lakipun yang secara tidak langsung menjadi wasit, melarang aku untuk menendang. Aku ya….oke aja. Bertarung dengan pukulan ku yang mengendai punggungnya secara terus menerus disebabkan dia hanya merunduk saja. Dan aku sempat mencakar mukanya. Terkena tept di hidung sebelah kiri dia dekat dengan matanya. Dia teriak lagi….”Curang dia pake nyakar segala…” ya… teman-teman pun mengaimini dan melarangku mencakar. Sampek aku capek memukuli dia. Aku menyerah aja. Aku udah kecapekan memukulia dia. Toh dia nggak memebalas pukulanku sama sekali. Boleh diartikan aku menyerah karena kasian dia tak pukuli terus menrus tanpa membalas.
Dalam hidupku ini aku hanya bekelahi sebanyak 5 kali (Perkelahian dengan adiku nggak ku hitung) yang paling besar ya dengan adhi ini. Perkelahian yang ke dua dengan Imung (Mulya Abadi Prasetyanto) anak dari buk Las (Guru kelas 4 SD di SDN Kedurus 4) dan pak RW Pak Prayitno. Yang ketiga dengan Gempur, anak tetangga rumah. Yang ke 4 dengan Pandhu. Teman SMP, Da anak Joyo boyo. Rumahnya tepat di belakang patung kuda joyoboyo. Ayng ke 5 dengan Hudhan, teman SMP pada saat kelas 1 SMP. Yang akhirnya dia di keluarkan dari sekolah karena banyak kasus denga siswa lainnya.
Aku sangat tidak suka sekali berkelahi. Mendingan ditinggal perdia aja jikalau ada anak yang brengsek di sekitarku. Kali sekarang mendingan berikan saja dengan kepada piahk berwajib. Kecuali jiak ada orang yang membikin sakit hatiku sehingga aku harus marah. Bisa aku bunuh dia.
Guru kelas 6 ku adalah guru ter istimewah dalam masa SD ku. Di kelas ini juga aku merasa sudah menjadi lelaki yang agak dewasa. Kalo boleh aku menyebutkan teman-teman SD ku. Yang laki-laki yang aku inget. Bagus Nugroho, Rahman Sugiri(Uking), Harianto (Bunder), Andreas, Harianto Napitupulu, Budi Darmawan, Eko Astiawan, Amak Fakhri Amrulloh, Dani, Faris, dan Arik. Dan yang perempuan Ayu Rosari, Dwi Astutik, Sri astutik, Dwi Arie Anggraini, Gita sangka, Ririn fika, Fitri, Aminatus Zuhroh (iin), Wiwit, Yeni, Ovi, Dian Febrianti, Kustina, Eka, Meri dan Sherly.
Di kelas 6 ini kenanganku saat ujian praktek juga ada kejadian yang lucu. Praktek darama dalam pelajaran bahasa Indonesia yang pertama. Satu kelompokku terdiri dari, Iin, Gita, Wiwit, Wawan, budhi, meri, dwi arie, dwi astutik, dan Ayu rosary. Kalo nggak salah ada 4 kelompok. Kebetulan kelompukku adalah yang terakhir mempraktekan hasil latihan. Semua dalam naskah yang sama. Seperti apa yang ada dalam buku diktat bahsa Indonesia. Semua gerakannya sama, kalo boleh dinilai semua mendapatkan nilai tidak lebih dari 5 point (10 Pointertinggi) Tapi di sini Iin, temanku yang paling jenius ini meminta petunjuk tetangganya yang ahli dalam melakukan pertunjukan drama. Kami di beri 1 Petunjuk saja. Jangan membelakangi penonton. Itu saja. Pertunjukan kami sempurna kami pendapatkan point 9+. Kalo boleh sombong hehe he he….
Yang kedua ujian praktek sholat. Dalam pelajaran Agama Islam. Guru agamaku pak Jatmiko yang juga ndobel jadi guru Pramuka, memiliki dasar pengetahuan dari Nadhiyin. Sedangkan aku sudah sejak kecil diajarkan cara Muhammadiyah. Masalahnya pada saat Sholat subuh kami juga di wajibkan menggunakan Qunut. Doa yang ber selah diantara I’tidal dan Sujud. Cleng….. aku belum pernah dia ajari Qunut oleh Pak Slamet guru ngajiku di masjid depan rumahku. Akhirnya aku mohon petunjuk dengan pak Slamet Riayadi, guru ngajiku. Ndalalah… pal slamet hanya memberiku 9 doa Qunut yang dia anggap itu adalah sunah rosul yang ada dalam riyadhus Sholihin. Dan Orang-muhammadiyah memang nggak pernah Qunut. Akhirnya aku udah hapal di rumah dengan apa yang diajarkan oleh pak slamet. Masalahnya pak Jat (Panggilan akrab pak jatmiko Keceng)
Malam Perpisahan SD.
Setelah pengumuman kelulusan SD, kami mengadakan perpisahan di rumah Ririn. Rumahnya pada waktu itu pas di belakang masjid besar di Perumahan Gunung Sari Indah. Disinilah aku baru pertama merasakan pesta yang sebenarnya. Kami sangat senang, dan bahagia. Disini kami saling tukar hadiah yang ada dalam kado. Isinya terserah. Dari gorengan sampai dot anak kecil pun di kadokan.
Masuk ke tingkat SMP.
Tahun 2004…..Dari sini aku sudah merasakan dewasa. Pendaftaran aku laksanakan sendiri untuk mencoba di SMP Negeri. Harapanku aku dapat masuk di SMP 16, yang dekat dengan rumahku. Nggak jauh-jauh untuk pergi ke sekolah. Ternyata tinggal NEM (Nilai Evaluasi terakrir) kurang koma dibelakangnya sehingga aku terdaftar di SMP 24. Yang letaknya ada di karangpilang. Jauhnya ada sekitar 5-6 Kilo meter dari rumahku. Setelah di pikir dan dipertimbangkan dengan keluargaku lebih baik aku sekolah di SMP Muhammadiyah 6 Kemlaten. Jaraknya hanya 2 Km dari Rumah. Aku sekolah di SMP saat itu hanya jalan kaki. Sampek aku kelas 3 SMP aku baru punya sepeda sendiri. Sepeda Balap kecil berwarna merah. Ayahku beli bekas milik anak dari bosnya.
Teman-temanku di SMP.
Duduk di kelas 1 SMP. Aku masuk di kelas A. temanku yang aku ingat antara lain. Mukhtasidin Hanif, Muhammad Nasrul, Ervansyah, Frenky, Safrilda,Nikmatul Maisaroh, Sofiana An Noor, Hamzah, Hudan, Siti Aisyiyah, Vivien, Nur Aida, Pandu Cipta Alam Suci, Donny, Khusnatul Laily, Roikah, Dewi, Almarhum Lukman Efendy, Mohan, Yudi, Zainal Abidin, dan masih banyak yang aku lupa.
Di sini awal aku juga untuk suka pada wanita hingga aku berani menyatakan bahwa aku suka padanya. Safrilda. Anak seorang dosen di suatu perguruan tinggi ini, memang genit dan terlahat sangat cantik menggoda saat itu, dan diapun menerima cintaku. Tapi lucunya hubungan ini sangat rahasia. Kami sepakat akan kami rahasiakan kepada teman-teman. Persainganku dengan safrilda adalah Donny. Masalahnya dia adalah teman karibku di kelas. Kami selalu belajar bersama dengan dia. Bahkan aku juga belum pernah memutuska cintanya hingga saat ini. Ha ha ha ha…cinta monyet ini namanya, dan aku pun nggak pernah ngapa-ngapain dengan dia , hanya pernah sekali mendatanginya di rumah, dan hanya ngobrol pura-pura Tanya masalah pelajaran. Bahkan pegang salah satu organ tubuhnya pun aku nggak pernah. Tapi entahlah semenjak aku di khitan pada kelas 4 SDlalu aku mulai menyukai wanita lebih dari biasanya. Apalagi di saat aku SMP beberarapa cewek cantik mulai aku sukai. Tapi tidak ada satupun aku berani menyatakan kalo aku suka sama dia. Kecuali Safrilda, meski juga nggak ngapa-ngapain sidia. Antara lain cewek yang aku suka adalah, Siti aisyah dan Khusnatul laily. Mereka berdua memiliki aura yang sangat istimewa, menarik semua teman-teman priaku yang lain juga. Mungkin kelembutan dan cara bertutur kata mereka yang santun sehingga menarik hati lelaki yang baru gedhe seperti saya. Kalau aisyiyah memang cantik wajahnya. Tapi laly…. Dia berkulit hitam tidak cantik tapi entah kok menarik ya…? Sebenarnya nggak pantes aku tulis dalam paragraph ini ya?!. Tapi biarlah.
Ibuku Datang dari India
Setelah Meninggalkanku sejak aku kelas 2 SD hingga aku kelas 2 SMP Ibuku yang aku kangeni waktu dulu, dating ke Surabaya. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, Ibu dating pas siang hari setelah aku pulang dan sedang mengambil nasi untuk makan. Saat itu aku juga ingin merayakan dengan bersorak “Horeeee ibuk Datang…..” bersama kakak-kakak perempuan dan adikku erwin, dalam hati juga gembira ingin menjerit hore… tapi aku tetap diam dan meneruskan makanku. Seolah aku nggak bangga akan kedatangan Ibuku yang telah tega meninggalkanku disaat aku masih menginginkan kasih sayangnya. Dedamku, marahku, benciku kepada Ibuku tetap melekat kepada beliau. Meski sekarang perasaan itu sedikit hilang, dengan maklum, dan kasihan. Bagaimanpun dia adalah Ibuku. Yang melahirkanku, merawatku meski hingga aku berumur 9 Tahun saja. Apalagi aku seorang Muslim yang harus Menghormati Ibunya, dan menyayangi Ibunya 3 kali lebih sayang dari pada ayahnya.
Guru-Guruku di saat SMP.
Guru disaat SMP memang suatu hal yang aneh saat aku belajar di SMP pertam kalinya. Di SD aku hanya dia ajar oleh 1 Guru pelajaran umum. Dan ditambah guru pelajaran agama Islam, Pramuka dan Olah Raga. Tapi disini aku di ajari guru yang berbeda-beda di setiap pelajaran yang ada. Guru Al-Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab aku di ajar oleh Pak Andrio Budi Hartono. Di pelajaran bahasa Jawa aku di Ajari oleh almarhum Pak Larto, Bahsa Inggris Bu Fauziah, Matematika Bu. Budi, Fisika, Pak Djarot Iswanto, Bahasa Indonesia Bu Sinten dan Bpk. Esti, Sejarah Pak (1)???, Kesenian Bu (2)dan Bu (2b), Elektro Bapak (3) Waktu itu kepala sekolahnya adalah Pak Agus Subroto.
Masuk SMA…
Tahun 2007…Terbesit juga di otakku untuk masuk ke sekolah negeri….yang cukup dibanggakan waktu itu. Sama seperti SMP – disebabkan jarak dan keuangan yang tidak memungkinkan masuk negeri – kami dan sekalilagi dengan keluarga tetap masuk ke SMA Muhammadiyah 4 di Perguruan Kemlaten kembali. Sebenarnya tidak terpaksa aku masuk ke SMA Muhammadiyah ini. Dimana Ayahku dan seluruh keluargaku yang dasarnya sudah kuat di Muhammadiyah, Mereka juga besar Oleh Sekolah Muhammadiyah, Apalagi aku dan seluruh Keluargaku termasuk Ayahku adalah aktivis Muhammadiyah, maka aku juga ingin bermuhammadiyah seperti mereka. Masuk di organisasi kepelajaran IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah- sekarangan IPM) Waktu di SMP, juga menarik aku untuk tetap di SMA Muhammadiyah.
Di sini kami dituntut untuk lebih dewasa dari sebelumnya. Tanggung jawab yang lebih, kemandirian yang kuat, tentu saja di barengi perhitungan financial yang minim dengan tepat. Saat masuk SMA aku mulai dengan meloper Koran dengan teman satu tetangga, Dani.Ngiming-ngomong, Saat tulisan ini di tulis Dani yang sepantaran dengan kakaku yang kembar masih juga belum menikah, mungkin karena dia kocak, cengengesan , jarang serius. Tapi dia baik banget dengan orang lain, keahliannya pun banyak, dari reparasi sepa pancal sampek motor, dari ngecet Motor sampe mbubut, dia bisa.
Saat aku loper Koran sore. Aku hanya mendapatkan Rp. 1000,- perkoran perbulan. Saat itu Koran yang aku loper hanya 37 koran. Jadi pendapatanku dari Koran 37.000,- perbulan. Aku naik sepedapun sepedanya Dani. Jadi pendapaannya di bagi 2 dengan dani.
Asmaraku di SMA pun ada. Tapi tidak menarik untuk diceritakan sebenarnya. Karena tidak kesampaian. Wiwin Laila Unsana. Cewek tercantik yang saat itu ada di SMA Muhammadiyah 4 kemlaten. Aku jatuh cinta dengan dia saat itu juga. Tetapi aku nggak pernah menyatakan perasaanku sama sekali dengan dia. Aku merasa tidak pantas dengan dia. Aku merasa dia terlalu cantik jikalau dia mendapatkan aku yang tidak terlalu keren. Dan aku merasa tidak pantas untuk memiliki cewek karena kau hanyalah anak orang yang tidak mampu. Banyaklah alasan untuk tidak pantas dengan dia. Sebagian saja yang aku katakana. Jika di SMP ada Safrilda. Di SMA ada wiwin laila unsana.
Masalah lain yang aku dapatkan untuk tidak dapat berhubungan dengan wiwin adalah dia sudah di jodohkan dan tunangan dengan anak Madura yang tinggal di Depok. Tapi kasihan wiwin hubungan setelah nikah tidak sampai satu tahun mereka cerai dari ipong. Konon katanya si ipong yang bermasalah dalam pelayanan istri. Ipong sakit Edi Tansil. Ha ha ha ha… kasian banget wiwin. Boleh dikata dia janda yang masih prawan. Tapi sekarang (2008) wiwin sudah menikah lagi. Konon katanya dengan seorang tentara.
Ada hal yang pernah aku lakukan tidak baik dengan baik kepada Wiwin, Eit jangan ngeres dulu…..memang jorok sih tapi kelakuanku membuat Wiwin marah besar. Dan aku menyesal nggak karuan. Karena setelah aku melakukannya aku tidak di sapa dengan Wiwin sampek 1 simester lebih. Tau nggak yang aku lakukan kepadanya?. Perbuatan yang kami lakukan memang lagi ngetren di kalangan kami komunitas jorok. Yang memulainya pertama adalah Nasrul. Manusia pendek terjorok dan ternggapleki se dunia (yang aku kenal). Perbuatan itu adalah Kentut dengan di tempelkan pantatnya ke sebagian organ tubuh korban. Memang permainan ini kondang di kalangan laki-laki. Kecuali Sri Wahyuni sahabat Wiwin yang kelakuannya mirip seperti laki-laki. Dia sudah nikah sekarang. Waktu itu Wiwin memang tidak menghiraukan anak-anak lain bermain sendiri. Masih kelas satu. Wiwin aku kenal sebagai cewek tercantik sekaligus cewek super diem. Inginnya cari perhatian dan memecahkan mulut diemnya dengan kentut di kepalanya. Gawat…! Dia marah dengan sedikit mbrabak alias nangis kecil. Wes….. +- 8 bulan aku tidak direken blas! Nyeseeeeellll aku!!! Puol!
Oh..ya aku belum nyebutin teman-teman ku yang aku inget sedi saat SMA. Antaralain: satu Gang sejak SMP; Mukhtasidin Hanif, Muhammad Nasrul, Ervansyah, Frenky, dan aku sendiri David Febriadi. Mereka selalu bersama sejak SMP. Dan di setiap kelas di SMA. Sampek sekarang kami masih berhubungan baik. Dan yang lainnya. Hadi Samsu, Senadi, Weny, Nikmatul Maysaroh, Pandu titah alam Suci, Mintarko, Vivien, Noer Aida, Sri Astutik, Wiwin Laila unsana, Yidah, Mona Ludah, Uswatun Hasanah, Khusnatul Laily, dan masih banyak lagi yang aku Lupa! Ohya …! Kalo ada yang Inget Kirim e-mailya! Di davidfebriadi@gmail.com atau kita bisa ngobrol di di Facebook cari aja dengan nama David Febriadi, ada kok.
Kalo nggak salah kami penjurusan sejak kelas 2 SMA. Aku masuk IPA bersama dengan teman-teman satu gang. Hebatnya kami kelas kami seperti SMEA, karenya cowoknya yang cumin kami ber5. Diantra 35 anak dalam satu kelas. Tapi yang kelas IPS sebaliknya mirip STM (tekhnik) banyak Cowoknya.
Menariknya lagi di kelas IPA sangat kompak. Dalam hal yang baik tentunya. Kami semua memiliki gang sendiri-sendir, gang ini berfungsi untuk saling membantu dalam pelajaran, dan setiap geng adalah kumpulan manusia yang sudah cocok sesuai dengan karakter masing-masing. Dan sudah terkelompok dalam kedekatan tempat duduk secara alami. Dan jumlahnya tidak banyak paling banyak juga geng kami Pandawa Lima, yang terdiri dari 5 cowok. Ada kumpulan cewek pendiem ada 4 orang, Vivien, Noer aida, Wahyuningsih, dan Khusnatul Laili. Ada kumpulan cewek-cewek endel, aku lupa nama gengnya, antara lain Yidah, Mona Laudah, dan……. Mereka cuman bertiga. 

Bersambung....