11 March 2009

Kisah Hidupku

Aku Lahir Di Surabaya tanggal 21 Februari 1981. Konon Ibuku saat akan melahirkan aku. Ibuku di larikan di Rumah Sakit Katolik William Booth, Rumah sakit itu lebih dikenal dengan RKZ. Meski aku lahir di RKZ agamaku Islam. Karena Ayah dan Ibuku beragama Islam.
Dalam keluargaku boleh dibilang Kesebelasan. Karena Saudaraku dan aku sudah berjumlah 9 orang (Kartu Merah Satu Alm. Mas Anang Tri takbirul Amin) ditambah Stricker ayahku dan penjaga gawang Ibukku. Sebelas toh. Semua akan aku ceritakan dalam tulisanku ini. Kakak Perempuan (Mbak) ku ada 5 Orang dan Kakak Laki-laki(Mas) ku ada 2. satu sudah almarhum. Dan aku memiliki satu adik. Sesuai dengan urutan dari besar ke yang krcil saudaraku antara lain. 1. Mbak Ika Ruswati. 2. Mbak. Dwi Hariyati. 3. Alm. Mas. Anang Tri Takbirul Amin.4. Mas (Aris) Rikas Catur Rismanto. 5. Mbak. Mamik Nur Hayati. 6. Mbak Fina Nur Aniza. 7. Feni Nur Aini. 8. Aku….. Dafid Febriadi. 9. Erwin Okta Wijaya.. Kakaku Fina dan Feni itu kembarloh. Meski ndak mirip wajahnya. Kata Ibukku mereka tidak dari satu telur.
Sebelum aku ceritakan tetang diriku aku ingin kalian tau siapa saja keluaragaku ini. Dari Ayahku hingga adiikku Eriwin.

Tentang Ayahku – Djoharudin bin Rusli Achmad
Ayahku Seorang Aktivis Muhammadiyah dan saat mahasiswa di IKIP (Sekarang UNESA) Surabaya dia aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Waktu itu juga belum ada IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Ayahku dulu anak dari Purnawirawan Angkatan Laut yang berkecukupan. Sampe-sampe koper yang ditinggalkan Kakekku berisi Uang Lama 1 Rupiahan 100 Gebok, setiap geboknya berisi 100 lembar. Beserta buku tabungan TABANAS BRI berisi uang 2500 Rupiah. Konon uang satu rupiahan keluaran tahun 1962 pada saat itu bernilai 1000 rupiah. Oleh pemerintahan Indonesia di jadikan satu rupiah keluaran tahun 1962. Pada saat itu banyak sekali orang gila karena uang tabungannya nilainya menjadi kecil. Kebanyakan orang keturunan cina (Tionghua) yang stress berat pada saat itu kebanyakkan orang keturunan cina tidak boleh menjadi Penjabat, Tentara, ataupun pegawai pemerintahan. Sehingga banyak orang keturunan cina yang menjadi pedagang. Jadi jangan salh kalau sekarang banyak orang Tiong Hua yang lebih sukses berdagang dan kaya raya. Di banding orang Pribumi sendiri…he.he..he..he. Tapi ini benerloh.
Ayah dari Ayahku alias kakekku, sekarang di makamkan di TMP (Taman Makam Pahlawan) Ngagel. Dia orang Minang Asli. Katanya si aslinya Bukit Tinggi. Dan generasi ke 5 dari Datuk siapa gitu (Yang pasti bukan datuk maringgi), Aku lupa. Aku punya silsilahnya tapi disimpan oleh kakakku yang ada di lamongan.(Kapan-kapan aku tanyakan lagi). Dulu orang masuk tentara harus punya silsilah hingga 7 generasi sebelumnya. Jadi silsilah itu masih tersimpan oleh kami dengan aman.
Dan Nenekku orang banten. Dia juga tidak punya saudara di Surabaya. Sama seperti kakekku tidak tahu juga sudaranya yang ada di Banten. Kalau kata orang Jawa bilang Kepaten Obor. Tapi aku sempet dan pernah ketemu dengan nenek. Nenekku meninggal saat auku umur 6 atau 7 tahun.
Keluarga dari Ayahku ada 4 bersaudara. Ayahku adalah anak pertama. Yang kedua adalah tante Tinik yang bersuamikan Purn. AL. Thosin. Dan memiliki 6 Anak. Antara lain Ujang (Ritos), Aik, Dedek, Mufid, Eli, dan Ela (Kalo nggak salah). Dedek meninggal dengan tragis saat aku masih kecil. Dia tertabrak mobil di depan Patra Jasa (Sekarang SINGGASANA) di Jl. Raya Gunung Sari.
Adik Kedua Ayahku adalah Umar. Katnya Iubukku sih dulu Umar adalah anak yang ganteng dan cakap. Sayang sampai sekarang belia Stress berat setelah Kakekku melarang Pamanku Umar Masuk Angkatan Laut dari Tamtama. Keinginan kakekku di Sekjolah duluh hingga lulus SMA lalu ikut Akademi Angkatan Laut agar karir dia bagus di AL. Umar Pamanku tetap ngotot ingin masuk Tamtama, sedangkan Kakekkupun ngotot harus selesai SMA dan ikut Akademi. Jadi yaaaaaa…. Stress dech Umar. Sampai sekarang. Dia sekarang tinggal di dengan Zaini, adik paling buncit dai 4 bersaudara ayahku.
Zaini. Skarang bertempat tinggal di Blauran, dekat Gelora Pantjasila. Dia memiliki 2 Anak Eli dan Ela. Eli adalah anak pertama Zaini. Wajahnya cukup lumayan cantik. Bahkan sekarang sudah 3 kali kawin cerai dengan lelaki yang berbeda. Meski tidak ada keturunan di 2 lelaki sebelumnya. Ela anak keduamya adalah wanita perkasa. Memang wajahnya tidak seberapa cantik. Ditambah kelakuanya seperti lelalki, suka sepak bola dan berkelahi. Tapi dia lebih mandiri dan tidak suka berbuat yang tidak baik.

IBU-ku Suharwiwik bin Rustam.
Ibuku adalah anak kedua dari Rustam dan Siti Dawiyah. Ibuku adalah wanita yang hebat. Dia pernah mengeluarkan 10 kepala bayi dari rahimnya. Meski sekarang tinggal 8 orang yang hidup. Dan 9 anak yang telah sempat hidup di dunia dan diberi nama. Yang satu lagi Miskram alias meninggal saat dalam rahim (Anak I). dan yang satunya lagi anak Ke 3 (Ke 4 Jika yang miskram dihitung juga) Namanya Alm. Anang Tri Takbirul Amiin. Beliau menggal saat aku Hampir menginjak usia 2 tahun. Jadi aku ndak inget sama sekali wajah kakaku yang satu itu.
Ibuku adalah keturunan cina. Bolehlah dibilah Ampyang, makanan khas jawa tang terbuat dari kacang cina dan gula jawa. Mbah Bapak (Biasa kami memanggil bapak dari Ibuku) sebenarnya juga ampyang. Tapi agama dari buyutku itu masih Tiong hua. Jadi aroma ke cina-cina'annya masih kental banget. Bahkan saudara ibuku dari mbah bapakpun banyak yang menjadi tokoh Tiong Hua. Salah satunya Bingki Irawan. Kami memanggilnya Om Bing. Adik dari kakekku malah jadi kepala biarawan di kuil dekat pantai ngebong Kabupaten Tuban.
Saudara Ibuku dulu kalau hidup semua ada 16 orang. Pada saat dahulu jumlah kematian bayi sangatlah tinggi. Sehingga keluarga dari ibuku tinggal 7 bersaudara.
Antara lain: 1 Budhe Hartini, 2 Ibuku Surahwiwik., 3 Tante Yani (Sri Mulyani), 4. Tante Tutik, 5. Om Iyong (Teguh Urip Santoso), 6 Om Iyak (Kyat Aji Oetomo), 7 Om Tek (Sutekno).
1. Budhe Hartini
Anak pertama dari Mbah bapak ini memiliki 5 anak. Antara lain. Mas Andik, Mas Toni, Mbak Gandes, Mbak Ndia, dan Mas Tunggul. Hebatnya semua nya sarjana. Pakdhe adalah seorang kontraktor sukses. Sehingga dapat menyekolahkan anaknya semua hingga sarjana. Budhe dulu adalah seorang pramugari pesawat Garuda Airways. Sedangkan Pakdhe Sabar adalah kontraktor kondang di jamannya. Bangunan terbesar yang pernah beliau bangun adalah menara TVRI yang besar di Jakarta. Hebatkan.
Anak Budhe yang 1 adalah mas Andik. Mungkin sekarang usianya sudah 40 tahunnan. Wajahnya ganteng, meski kulinya item, otaknya encer. Beliau adalah sarjana pertanian kalo nggak salah. Tapi sayang beliaunya belum menikah hingga sekarang. Padahal orangnya keren. Gue sempet berpikiran negatif tentang lajangnya beliau. Maaf ya mas Andik….Mas andik nggak hombreng kan. Karena di Jakarta lagi marak banget lelaki suka sama jenis. Malah akau ingin banget ngenalin mas andik dengan teman-teman istriku yang juga perawan-perawan nggak laku tapi tetap canteik dan cerdas otaknya. Antara lain mbak Ocik. Dia juga seorang Staf yang cukup berpangkat di Yellow Pages Surabaya. Tapi susahnya mas Andik di Jakarta. Mbak Ocik Mau nggak ya?
Anak yang kedua adalah mas Thoni. Beliau ini anak yang mbeling dulunya. Pada saat sekolah SMA dulu diasuka banget tawuran. Lulus SMA pun suka minum dan tetep tawuran. Aku tahu dari mulut beliau sendiri bahkan. Kalau dulunya beliau adalah preman.
Tapi sekarang beliau adalah anak budhe yang paling alim. Sekarang kalo nggak salah udah punya anak 2 di Semarang. Istrinya juga orang Muhammadiyah. Aku tau pada saat nikahannya mas Toni ada logo pemuda Muhammadiyah. Istrinya juga berjilbab.
Mbak Gandes adalah anak 3 dari Budhe. Orangnya seperti namanya Maniiiiis banget. Gandes itu dari bahasa jawa Gendis alias Gula. Gula Jawa kaliya?!? Habis kulitnya juga coklat kayak gula jawa. Tapi tetep orangnya kalem dan manis, Smart lagi. Kalo nggak salah beliau adalah alumnus Universitas Borobudur Jakarta. Gelarnya mungkin SE.
Mbak Ndia. Panggilan akrabnya Mbak Tia. Wah kalo yang satu ini nggak kalah manisnya. Meski badannya nggak tinggi. Tapi otaknya encer. Pinter ngomongnya. Boleh dibilang agak cerewetlah. Tapi orangnya nggak pernah nyakitin hati orang. Alias "orang yang menyenangkan". Sekarang sudah anak beranak 2 lakik semua. Pinter-pinter semua. Dan bandel-bandel semua. Mirip mbak Ndia.
Mbak ndia menikah dengan seorang laki-laki yang bekerja di lingkup Intelejen negara. Aku lupa namanya.
Mas Tunggul. Orangnya memang sedikit tertutup. Aku nggak seberapa kenal dengan beliau. Mungkin Mas Aris (Kakakku) kenal banget dengan beliau. Karena mas aris pernah sekamar dengan mas tunggul saat mas Aris ada di Time Zone Jakarta.
Perbedaan yang sangat mencolok antara keluarga Ibukku dan dan Keluarga Budhe adalah Pendidikan, Ekonomi, dan Nasib Berkeluarga anaknya. Maksudnya keluarga Budhe anak-anaknya banyak yang sudah menikah di usaia yang relatif matang. Bahkan sudah ada yang sangat matangpun belum juga menikah. Tapi nggak ada yang miskin memang. Tidak ada yang lulusan SMA. Smuanya Sarjana.Keluarga Ibuku kebalikannya. Tidak ada anak ibu yang susah laku kecuali mbak Ika. Itupun menikah pada usia yang sudah beranjak 30an.. Mbak Dwi nikah pada saat mau Ujian Kelulusan. Tinggal Erwin Aja yang belum menikah saat ini. dan Hanya Erwin Saja yang kuliahnya selesai. Dan hebatnya dia juga ingin kuliah lagi di jenjang S2nya.
2. Tante Yani.
Tante yani menikah dengan om Untung. Tate yani adalah perias model dan Om Untung adalah seorang model. Anaknya nggak ada Jelek. Cakep semua. Hanya si tika aja yang wajahnya agak lumayan. Tapi kata Ibuku bilang, hanya Tikalah yang hatinya seperti emas. Anak dari tante Yani ini ada 4. Antara lain: Devi, Tika, Entu', dan Panji.
Devi Sudah menikah dengan anak kebangsaan Ingris (Bule). Devi adalah seorang pramugari lokal dulunya. Dan hingga menjadi pramugari pesawat Internasional. Dan ketemu dengan suaminya yang sekarang itu. Tapi sayang sekarang agamanya ikut suaminya yang Kristiani. Dan sampai sekarang pun dia ada di London-Inggris ikut suaminya.
Aku kurang mengenal dengan baik keluargaku yang ada di Jakarta memang. Salah satunya ya… keluarga tante Yani. Sedikit yang aku tahu tentang Tika dan Entu' kuliah jadi perawat & Bidan. Si Panji ini sepantaran dengan adikku Erwin. Yang aku denger dia pernah kehilangan Mobilnya di Kampus.
3. Tante Tutik.
Adik Ibuk yang satu ini wajahnya mirip banget dengan ibuku. Hanya saja karena dia lebih muda dengan ibuku, maka wajahnya lebih cantik tante tutik. Tante tutik menikah dengan Alm. Om xxxx Yang dulunya adalah sekretaris Kedutaan besar Australia dan India. Yang terakhir Ibuku ikut ke India hingga Enam Tahun. Aku ditinggal saat aku berusia 7 atau 8 tahunan. Saat itu aku masih duduk di kelas 2 SD. Dan ibu kembali ke Indonesia saat aku sudah kelas 2 SMP.
Tante Tutik memiliki 7 orang anak. Antra lain; 1. Yoga, 2. Bayu, 3. Jatu, 4. Ria, 5. Onggi, 6. Anggia. 7. Anggat. Semua cakep-cakep. Putih-putih juga. Biasalah anak orang kaya. Om xxx Meninggal saat anaknya masih kecil-kecil. Sebenarnya om xxx tau dia berumur pendek. Dia cerita ke pada ibuku kalau dia tidak berumur panjang lagi karena sakitnya yang sudah menahun. Aku tidak tau om xxx sakit apa. Pada saat itu Anggat masih balita.
Yoga anak pertama Tante Tutik, mengikuti jejak Papanya. Dia sudah Lulus sekolah Deplomat. Dan sekarangpun sudah jadi pejabat di kementrian Luar Negeri. Di tahun 2007 Kalo nggak salah dia mempersunting gadis Jakarta. Katanyasih teman kuliahan Yoga. Dan masih saudara sama suaminya mbak ndia yang anggota intelejen negara. Orang yang yang sudah punya anak laki-laki satu ini. memiliki tubuh yang jangkung. Tingginya hampir 2 meteran.
Bayu. Si jerawat ini, demen banget main band. Di rumahnya sudah tersedia alat bang yang keren-keren. Tapi sayang kuliahnya medak. Dan nggak bakalan kelar karena dia sendiri males ndak asyik kuliah.
Jatu dan Ria. Dia anak kembar. Bagi aku kasian banget anak ini. anak ini pnatarnnya di atas aku tapi di bawah Erwin. Pawakannya kurus banget. Tidak seperti mbak Fina dan Mbak Feni. Jatu & Ria ini kembar telur. Wajahnya mirip banget. Saking kurusnya tingginya saat dia lulus SMA mirip banget dengan anak SMP kelas 1. Biasanya anak perempuan itu matang di saat SMP kelas 2, dan herannya lagi dia "Matang" di saat sudah lulus SMA.
Onggi'. Anak ini cerdas dan lincah terakhir aku ketemu dia saat dia duduk dikelas 3 SD. Dia dekat banget dengan ibuk. Karena yang merawat dia di waktu kecil di India adalah Ibukku.
Anggia. Dia Lahir di India. Anaknya cukup genit dan berparas cantik dan lincah juga. Dan anak tante tutik yang terakhir adalah Anggat.
4. Om Iyak. (Kiyat Aji Utomo) Tan Tjieu Kyat
Dulunya beliau ini Muslim. Sekarang sangat kami sayangkan masuk kristen. Belia memiliki 3 anak. 1 Perempuan dan 2 Laki. Namanya Wulan, Andre dan Womdo.
Istrinya Tante Giok. Sebenarnya dengan Om Iyak Masik satu Buyut. Ibuknya tante giok. Tante Giok adalah anak tante Sam Kie (Tuban) dan dan Tante Sam Kie adalah sepupu dengan Mbah Bapak.
Dia pindah agama dikarenakan anaknya di titipkan di saudara-saudaranya tante giok yang sudah kristiani. Meski tante Giok dan Om iyak Muslim tapi anak-anaknya sekolah di sekolah-sekolah Kristen. Setelah itu dia dipengaruhi dan di doktrin oleh anak-anaknya. Kita pun susah menyadarkannya.
Wulan anakanya yang pertama, dia lahir di Surabaya. Setelah agak besar dia di titipkan saudaranya tante Giok. Saat SD di sekolahkan di sekolah katolik. Begitu juga saat SMP dan SAMnya. Begitu juga dengan Andre, anak kedua Om Iyak.
5. Om Iyong. (Teguh Urip Santoso) Tan Tjieu Yong
Kami biasa memanggil beliau dengan Mas Iyong. Wataknya memang mirip dengan anak kecil. Suka membual dan Nggak pake sungkan dalam segala hal. Meski begitu, katanya sudah berkali-kali kawin cerai. Dari istri pertamanya, dia sudah memiliki 3 anak. Meski anak terakhir dia tidak mengakuinya. Kata dia sih anak hasil selingkuhan istrinya dengan tukang becak. Dan dia memergokinya sendiri.
Anak pertamanya bernama Amin. Sekarang ikut neneknya (dari Ibu ) Di Jombang.
Begitu juga dengan anak ke dua dan ketiga.
Mas Iyong juga pernah menikah dengan seorang janda dan juga mendapatkan 1 keturunan, seorang anak perempuan. Tapi aku nggak tahu bagaimana nasib anak ini sekarang. Dengar-dengar ikut ibunya di daerah Wiyung-Surabaya.
Sekarang mas Iyong juga sudah menikah lagi dengan orang Madura. Dia tinggal di rumah sekaligus tempat bisnis indekosnya mas iyong yang di buatkan ibuk dari hasil pembagian warisan rumah mbah bapak yang ada di Jl. Mastrip 40.
6. Om Tek. (Sutekno) Tan Tjieu Tek
Kami biasa memanggil beliau dengan panggilan Mas Tek. Orangnya menyenangkan. Suami dari Mbak Saras ini sudah memiliki 2 anak. Aku lupa namanya. Yang pasti anknya ini sangat aktif banget dan cukup bikin orang sekitarnya ketir-ketir.
Sekarang beliau tinggal di Jakarta. Dan masih kontrak. Aku ndak tau banyak dengan keluarga mas tek ini.
Sebenarnya Mbah Bapak menikah lagi dengan orang Jombang. Anak pertamanya sepantaran dengan cucunya mbah bapak. Mbak Ika. Dan anak terakhirnya sepantaran dengan Erwin, bahkan, sekarang kabarnya mera semua telah transmigrasi ke kalimantan.